Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap "Belanda Goreng" Kembali ke Tuktuk

Kompas.com - 27/02/2010, 07:30 WIB

KOMPAS.com - Jika ingin tahu betapa ramainya kunjungan turis asing ke Danau Toba sebelum tahun 1997, datanglah ke Tuktuk Siadong, sebuah tanjung kecil di Pulau Samosir, yang menjadi desa wisata pinggir danau.

Tuktuk dulu mirip kampung bule. Sekarang, meski tak seramai dulu, beberapa bule masih dapat dijumpai di sana.

Hanya saja, sekarang bule- bule backpacker yang lebih sering datang ke Tuktuk. Selain mereka, memang masih ada kelompok turis asing tradisional dari Eropa yang hampir setiap tahun datang ke Danau Toba ketika di negerinya dilanda musim dingin. Namun, jumlahnya tak seberapa.

Tuktuk dapat dicapai dengan menggunakan perahu-perahu kayu bertingkat dua yang bisa memuat sekitar 100 penumpang dari Parapat, Sumatera Utara. Perahu ini hanya bisa mengangkut orang, sesekali digunakan mengangkut sepeda motor. Perahu akan langsung merapat ke dermaga yang biasa dimiliki hotel-hotel besar di Tuktuk.

Bila menyeberang dengan mobil, harus menggunakan kapal motor atau feri dari Ajibata, sekitar 2 kilometer dari dermaga perahu kayu Parapat. Feri dari Ajibata tak langsung ke Tuktuk, tetapi harus ke Tomok. Dari Tomok, perjalanan dilanjutkan menuju Tuktuk. Jaraknya sekitar 5 kilometer.

Memasuki Tuktuk, puluhan penginapan dan rumah makan berjejer di sisi jalan. Selain itu, terdapat tempat penyewaan sepeda dan sepeda motor, serta kios buku, yang bisa disewa atau ditukar dengan buku lain. Beberapa bar dan tempat bermain biliar juga ada di Tuktuk. Tempat-tempat tersebut selalu menyediakan jasa internet.

Penginapan besar atau hotel berbintang di Tuktuk biasanya terletak persis di pinggir danau. Selain dermaga untuk perahu kayu, penginapan-penginapan itu juga punya satu kawasan sendiri, tempat tamu bermain di pinggir danau. Tempat tersebut biasa disebut pantai. Di lokasi pantai hotel itu turis dapat menikmati danau dengan kano, jet ski, sepeda air, dan tentu saja mandi sepuasnya di Danau Toba.

Penginapan lain berbentuk home stay dan biasanya terletak di pinggir danau. Home stay lebih digemari backpacker dari seluruh penjuru dunia yang datang ke Danau Toba. Selain murah, suasana rumahan membuat backpacker betah tinggal di pinggir danau hingga dua bulan.

Bukalah buku panduan backpacker, seperti Lonely Planet, edisi Indonesia. Di halaman tentang Danau Toba, dengan mudah ditemukan panduan mengenai home stay, fasilitas hingga tarifnya per malam. Lonely Planet atau buku panduan backpacker lainnya disusun berdasarkan pengalaman dari mulut ke mulut backpacker yang berkunjung ke satu tempat wisata. Alhasil, informasi, seperti banyaknya kasus pencurian atau kriminal, bisa saja dengan mudah tertulis di situ.

”Sekarang kami jaga betul perlakuan kami terhadap turis-turis ini. Meski mereka backpacker dan kadang malah ada yang kesulitan uang, kami tetap memperlakukan mereka sebagai tamu yang harus dihargai,” ujar pemilik Liberta Home Stay, Bulan Sitepu.

Bulan punya pengalaman dengan seorang backpacker yang kesulitan membayar uang penginapan, tetapi berjanji akan membayarnya di kemudian hari. Bulan pun tak keberatan. Si backpacker ternyata merasa berutang budi kepada Bulan. Maka, di setiap tempat yang dia kunjungi, dia selalu menginformasikan penginapan milik Bulan kepada backpacker lainnya. (KHAERUDIN)

 

Selengkapnya baca di http://cetak.kompas.com atau klik di berita terkait dengan judul sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com